Gagal Ereksi Karena Faktor Situasional

dailymail.co.uk

Kegagalan ereksi bisa terjadi kapan saja. Meskipun badan sedang fit dan tidak ada masalah kantor yang membenani pikiran, terkadang penis tetap sulit ereksi atau penis bisa ereksi tapi tidak normal. Jika ini terjadi maka perlu di perhatikan faktor situasional ketika akan melakukan hubungan dan istri.

Faktor situasional sangat berperan penting dalam keberhasilan ereksi. Situasi yang mendukung akan lebih mudah membangkitkan gairah, libido dan menghasilkan ereksi. Pria dan wanita yang berada dalam satu kamar yang tenang, tidak ada yang mengganggu akan membuat jiwa lebih ingin menikmati seks dan menghasilkan ereksi.

Perhatian mereka akan terfokus pada pasangannya saat bercumbu. Mereka merasa aman, tidak ada yang akan mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Untuk itulah sebagian besar pasangan suami istri melakukan koitus pada waktu malam sesudah anggota keluarga tidur semua. Orang tidak ada lagi yang berada di kamar tengah, dan tidak ada suara yang kedengaran.

Dalam keadaan sunyi konsentrasi bisa terfokus tanpa takut terganggu. Sebagian pria dan wanita yang berada di dalam kamar yang tertutup tetapi di sekitarnya banyak suara yang mengganggu akan menyebabkan pikiran mudah terganggu.

Walaupun berdua sudah sama-sama ingin melakukan kontak seksual, dan bercumbu dan suami telah ereksi dan pasangan sudah terangsang, tetapi bila di luar kamar kedengaran suara-suara yang berbicara, ereksi bisa langsung lembek kembali. Jadi, situasi sekitar yang senyap dan sepi dan ada kemungkinan yang mengganggu atau tidak ada yang mengetahui mereka sedang melakukan kontak seksual sangat penting.

Kebutuhan akan situasi yang mendukung berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang sangat sensitif terhadap gangguan situasi, tetapi ada orang tidak mudah terganggu bahkan kebal. Ada pula orang yang justru makin bergairah bila diketahui ada yang melihat, yang bagi orang lain tidak mungkin melakukan kontak seksual.

Apabila orang-orang yang sensitif mendengar suara di luar kamar tidur dapat menyebabkan ereksi yang keras menjadi lembek. Banyak pasangan perkawinan yang tidak bisa melakukan koitus bila anak masih bangun dan belajar di kamar duduk sebelah walau kamar tidur mereka terkunci. Tidak mungkin anak atau orang lain mengetahui mereka sedang melakukan koitus. Kadang-kadang suami yang tidak merasa nyaman atau sebaliknya istri yang tidak bisa konsentrasi.

Penulis pernah menemukan satu pasangan yang tidak bisa melakukan koitus selama sekitar 3 bulan karena ibu kandung suami dari kampung menginap di rumah pasangan itu. Sang ibu tidur di kamar sebelah. Istri mengajak suami melakukan kontak seksual tetapi suami tidak merasa nyaman.

Untuk membangkitkan gairah suami, istri meraba-raba badan dan penis suaminya tetapi suami justru marah. Istri bertanya kenapa, suami mengatakan karena ibunya ada di sebelah kamar mereka. Padahal sang ibu sudah tidur nyenyak dan tidak mungkin mendengar mereka jika melakukan koitus. Akibatnya istri balas memarahi suaminya.

Tidak masuk akal ibu mertuanya yang sedang berkunjung dan sedang tidur nyenyak di kamar sebelah dapat mengganggu kehidupan seks mereka. Selama ibu suami di rumah mereka selama 3 bulan, mereka tidak melakukan koitus.

Padahal biasanya mereka melakukan koitus 2-3 kali seminggu. Keadaan tersebut sangat berbekas dalam perasaan istri. Dia merasa suaminya terlalu sensitif terhadap situasi yang seharusnya tidak perlu menyebabkan mereka terganggu. Selama ibu suami berada di rumah, mereka sering dan mudah bertengkar.

Istri mencari jalan supaya ibu mertua lebih cepat pulang ke kampung. Hal itu membuat suaminya tersinggung dan marah karena merasa istrinya menghina ibunya. Untuk menghindari pertengkaran yang hebat, istri membiarkan keadaan itu meski merasa tersiksa selama 3 bulan.

Gangguan seperti ini sering menimpa pasangan suami istri. Dan yang paling sering mengganggu ialah anak. Banyak suami atau istri atau keduanya merasa sangat terganggu melakukan koitus bila anak tidur satu kamar dengan mereka. Apalagi anak minta tidur satu ranjang dengan orang tuanya.

Meski berbeda ranjang dalam satu kamar tidur banyak pasangan yang merasa tidak nyaman. Terutama bila anak mulai umur 5 atau 6 tahun ke atas. Memindahkan anak tidur di kamar yang terpisah tidak sampai hati. Anak masih kecil dan khawatir bila terbangun malam mencari ibu yang tidak ada di sampingnya lalu menangis.

Tidur bersama anak tetapi takut anak terbangun saat suami istri melakukan koitus. Serba salah. Mau tak mau pasangan itu terpaksa pindah kamar bila ingin koitus.

Hal ini sangat merepotkan dan frekuensi koitus mereka menjadi jarang. Karena koitus terlalu jarang suami istri menjadi mudah emosi. Tidur kurang nyenyak. Dalam keadaan demikian ereksi penis suami akan jauh lebih mudah terganggu. Karena itulah faktor situasi sekitar perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas seksual.

Sebagian besar pasangan suami istri membutuhkan situasi yang tenang dan sepi. Di negara Barat terutama di Amerika Serikat sudah diajarkan supaya tidak terlalu sensitif terhadap situasi sekitar. Orang boleh bercengkerama di luar kamar. Anak bisa sedang belajar atau menonton televisi di kamar tengah sedang ayah dan ibu sedang asyik bercumbu sampai hubungan seks di kamar tidurnya.Yang penting pintu terkunci sehingga tidak ada kemungkinan orang akan melihat.

Keadaan ini perlu diperhatikan saat melakukan evaluasi dalam klinik. Kadang-kadang faktor situasi sekitar tidak diperhitungkan.

Pada proses pengobatan rasanya semua normal tetapi ereksi penis belum juga kembali keras. Kadang-kadang normal sebentar tetapi tiba-tiba lembek. Pasien menjadi kebingungan kenapa sebentar bisa normal tetapi mendadak terganggu. Bahkan ada dokter yang kebingungan.

Keadaan seperti ini sering menyulitkan dan berbahaya karena dapat menimbulkan kegagalan pengobatan. Untuk itu situasi sekitar aktivitas seksual sangat perlu diperhatikan selama proses terapi.

This entry was posted in Disfungsi Ereksi and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *